Sabtu, 19 Oktober 2019

Fase Baru

Aku pikir setelah hari itu akan menjadi berbeda, bodoh sekali aku berpikir begitu. Nyatanya semua tetap sama, matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat, embun masih berkilau dan sejuk, senja masih jingga dengan semburat awan berwarna kuning keemasan, tidak ada yang berbeda.
Yang berbeda hanya kita, perasaan kita, kebersamaan kita, perhatian kita. Saat pagi tidak ada lagi pesan singkat ucapan selamat pagi, malam pun juga begitu, tidak ada yang mengingatkan untuk jangan tidur terlalu larut. Lalu, bagaimana dengan malam mingguku? Tidak perlu khawatir, malam mingguku kali ini cukup tenang, aku biasa menghabiskan waktu dengan laptop di dalam kamar, sekadar menulis, menggambar, atau main game hingga larut, jika bosan aku hanya tinggal mencari tempat yang nyaman, di cafe misalnya, bodo amat mereka menyebutku jomlo kesepian, asal ada secangkir kopi maka aku bisa memulai menulis, sebenarnya menulis bukan pilihan tepat untuk melupakan, karena justru dengan menulis kita akan lebih sering mengingat hal-hal yang telah terjadi sebelumnya.

Saat patah hati sebagian orang lebih memilih untuk tidak mengingat-ingatnya, berusaha keras untuk melupakan, lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamar, mencoba menghapus semua file foto dan video yang jumlahnya tidak sedikit, dan menangis sekencang-kencangnya hingga mata menjadi sembab dan suara menjadi serak, kemudian benar-benar mencoba hal baru keesokan harinya, mencari kesibukan melebihi dari hari-hari sebelumnya, membeli barang-barang dari marketplace yang sudah lama ada dikolom wishlist, makan makanan yang selama ini hanya ada dalam daftar keinginan, berkumpul bersama teman, tertawa lepas bahkan hingga lupa waktu. Sebagian lagi lebih memilih menyimpan kenangannya, rasa sakitnya, untuk kemudian diceritakan kembali dalam bentuk tulisan berupa buku-buku, atau minimal status WhatsApp, bukan agar orang lain tahu bahwa dia sedang patah hati, melainkan sebagai pelajaran bagi kita semua bahwa urusan hati tidak sama seperti sinetron atau drama korea, atau mungkin bisa sebagai rekam jejak, sebagai pembuktian kelak bahwa kita pernah dan masih mempunyai hati yang entah oleh siapa kemudian dipatahkan.

Kepergianmu memang menyisakan luka dibeberapa bagian, sembuhnya pun juga pasti akan lama, hanya saja aku percaya akan ada pelangi setelah hujan, burung-burung pun juga akan kembali berkicau, terbang kesana-kemari mencoba mengeringkan helai demi helai bulu di tubuhnya, awan hitam akan segera berganti menjadi langit biru, dan mentari akan kembali bersinar cerah. sama halnya seperti seorang pelari, saat dia terjatuh, dia harus segera bangkit, jika tidak, maka bersiaplah untuk terinjak, dan menerima kekalahan yang jauh lebih besar lagi. Sulit melupakanmu bukan perihal karena ciuman pertama, bagiku ciuman pertama sama mendebarkannya seperti ciuman-ciuman selanjutnya, ini semua tentang suasana yang kita ciptakan saat berdua, suasana hangat meski di luar badai sedang menggila, kau tahu? rasa nyaman bisa merubah segalanya, bahkan dia bisa membunuh waktu.